Jumat, 06 September 2013

Optimasi Formulasi Lulur Dari Bahan Alam Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki)



USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA



A.    Latar Belakang
 
              Dewasa ini banyak sekali penyakit yang timbul akibat pergeseran pola dan gaya hidup masyarakat. Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup tidak lagi dapat dihindari sehingga masyarakat harus bekerja keras dan seringkali lupa untuk mengatur waktu istirahat. Kerja keras tanpa istirahat pada akhirnya akan membebani semua organ-organ dalam tubuh serta memicu kondisi stres oksidatif. Aktivitas fisik yang berat ternyata dapat menimbulkan perubahan metabolisme dalam tubuh dan menghasilkan senyawa radikal bebas (oxidant) yang mampu merusak sel-sel termasuk sel-sel hepar (Jawi, et al., 2006).

              Setiap hari kulit tubuh mengalami regenerasi. Sel-sel kulit mati yang menumpuk menjadikan kulit terlihat kusam. Selain itu, efek dari polusi udara, AC, dan stress juga dapat menyebabkan kulit kering, timbul flek-flek hitam, dan bahkan menjadikan kulit keriput. Oleh karenanya, saat ini banyak produk kosmetik untuk kecantikan yang dijual di pasaran dan salah satu jenis produk kecantikan yang berfungsi untuk menghaluskan kulit adalah lulur (body scrub).
Disamping itu untuk mengatasinya tubuh memerlukan suplementasi tambahan berupa antioksidan eksogen sebagai scavenger radikal bebas. Beberapa antioksidan yang beredar dipasaran saat ini seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, α-tokoferol, Butil Hidroksi Anilin (BHA), dan Butli Hidroksi Toluen (BHT). Namun diketahui bahwa penggunaan antioksidan sintetis BHA dan BHT yang berlebihan dan lama dapat meningkatkan resiko toksis pada tubuh dan merusak hepar. Hingga saat ini dikenal ribuan jenis flavonoid dan banyak di antaranya yang berguna bagi kesehatan (Middleton et al., 2000). Pigmen antosianin merupakan salah satu jenis flavonoid yang penting dan telah banyak diteliti memiliki efek yang menguntungkan terhadap sel-sel pada mamalia seperti misalnya memiliki efek antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif dan antihipertensi. Antosianin banyak terdapat pada beberapa bahan pangan seperti sayur, buah, kacang-kacangan, padi-padian, dan umbiumbian (Suardi, 2005).
Adanya trend back to nature di masyarakat dalam memelihara kesehatan terutama kulit tubuh yang saat ini telah banyak diracuni oleh polutan, baik yang berasal dari asap pabrik maupun asap kendaraan bermotor dan zat-zat kimia berbahaya sebagai salah satu efek dari kemajuan zaman mengharapkan sebuah konsep dimana dapat dibuat suatu produk kosmetik yang berasal dari bahan alam yang dapat mengatasi permasalah tersebut. Diperlukan rangkaian perawatan yang mampu menjaga kesehatan, serta memberikan nutrisi yang berguna bagi kulit.  Lulur (Body scrub) dengan bahan dasar kombinasi ubi jalar ungu dan mengkudu dapat dibuat. Suda et al (2003) menyatakan dari beberapa penelitian telah diperoleh zat warna antosianin pada radish, mangga, leci, ubi jalar, dan batang sorgum. Menurut Tomoyuki (2003), Huang (2004) dan, Teow et al (2007) ubi jalar khususnya ubi jalar ungu memiliki kandungan antosianin tinggi Antosianin sendiri merupakan salah satu jenis dari flavonoid bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia karena dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Berdasarkan uraian hasil studi di atas penulis mencoba melakukan penelitian optimasi formulasi lulur dari ekstrak ubi jalar ungu. Keuntungan bahan-bahan alam tersebut disamping tidak mengeluarkan biaya besar juga memelihara tanaman untuk tetap dapat dimanfaatkan dengan baik.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana cara formulasi lulur (body scrub) dari umbi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki) yang optimal?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula yang optimal dalam sediaan lulur dari ekstrak umbi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki). 
E. Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai tanaman ubi jalar ungu yang memiliki kandungan antosianin sebagai antioksidan dalam bentuk sediaan lulur karena diduga dapat membuang semua sisa-sisa tumpukan sel-sel kulit mati dan memberi nutrisi bagi kulit.
F. Tinjauan Pustaka
1. Uraian Tumbuhan
a. Klasifikasi Tumbuhan (Van Steenis, 2008; Tjiptosoepomo, 1988)
Regnum: plantae, Sub Regnum: Tracheobionta, Clas: Spermatophyta, Sub Clas: Angiospermae, Ordo: Convolvulales, Family: Convolvulaceae, Genus:  Ipomoea, Species: (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki)
b. Kunci determinasi (fam. Convolvulaceae) (Van Steenis, 2008)
66. b, 65.b, 63.b, 62.b, 61.b, 59.b, 56.a, 55.a, 54.a, 43.b, 42.b, 41.b, 9.a, 7.b, 6.b, 4.a, 3.b, 2.b, 1.a.
c. Nama Daerah (Hayne, 1987)
Bataat (Bel.), Batate atau Patate douce (Inggr.), Bataten atau Susze Kartoffel (Jerm.), Potato (U.S.), Sweet potato (Inggr.) – Enggano. : Eba – Aceh: Gadong, Piek – Gayo: Gadung, Kapileu – Alas: Gadung – Bat: Gadung énjolor (karo), Gadung jalur ( toba) – Nias: Gowi – Ind.: Batata (Manado), B. Maraya (id.), Batatas (Amb., Timor), Katila  (Benk.), Kélèdèk, Kètéla (Jak.), Ubi Jawa, Ubi cina (S.U. bag Tim.), Pilau (Sum. Teng.) – Minangk.: Katélo, Ubi jalah, U. jolah, U. Katélo, U. pélo, U. pilo, Pélo – Lamp.: Sétilo, Balading (Ab.) – Day.: Katilo (Olon-maanyan) – Sund.: Huwi Boled, H. mantang – Jaw.: Katela, K. rambat, téla – Mad.: Sabhrang (P.S.), S. longgha (id.), Tela (B.P.) – Kambangs.: Ketela rambai – Bal.: Kesela – Sas.: Ambon, Ubi kapal – Sumbawa B.: Katabang – Bima: Uwi – Sawu: Hiwu jawa – Sangir. : Batata.
d. Morfologi (Widodo, 1986)
Ubi jalar merupakan ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter. Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dengan panjang antar ruas 1-3 cm. Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk lonjong (oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam. Ubi jalar mempunyai bunga yang berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm. mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda.
               Berikut ini gambar ubi jalar ungu :

ubi jalar ungu (Yusuf et al.,2008)
           e. Kandungan
Ubi jalar ungu merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,06 mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0,7 mg), dan Ca (32 mg). Selain umbinya, daun muda ubi jalar dapat dimakan sebagai sayuran. Menurut Onwueme (1978), daun muda ubi jalar mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan umbinya. Dalam 100 g daun ubi jalar mengandung β-karoten, riboflavin, ascorbic acid, Ca, Fe, Cu, dan oxalat masing-masing sebesar 3,0; 0,35; 55; 183; 3,0; 0,5; dan 0,37 mg (Woolfe, 1989).
f. Kegunaan
Daun ubi jalar ungu secara empiris memiliki khasiat sebagai obat bisul, penurun panas, dan luka bakar (Litbang, 2008). Mencegah kanker kolon, penyakit konstipasi kronik. Serat juga dapat mencegah penyakit jantung koroner (PJK) karena mencegah kegemukan, penggumpalan darah, dan antiskerosis (Kumalaningsih, 2006).
2. Lulur
                  Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Badan POM RI, 2004).
                  Lulur adalah bentuk sediaan cair maupun setengah padat yang berupa emulsi kental, mudah dicuci dengan air dan ditujukan untuk mengangkat kotoran dan sel kulit mati yang tidak terbersihkan oleh sabun dan memberikan kelembaban serta mengembalikan kelembutan kulit. Absorbsi lulur ke dalam kulit selain melalui saluran epidermis, juga melalui saluran-saluran di dalam kulit, seperti kelenjar rambut dan keringat. Untuk mendapatkan efek maksimal umumnya lulur digunakan dikulit selama 30 menit, agar efek dari lulur dapat meresap baik dalam kulit (Amiruddin, 2003).
     b.  Antosianin sebagai Antioksidan
           Antosianin adalah senyawa fenolik yang bertindak sebagai antioksidan, dibutuhkan untuk tanaman itu sendiri dan nutrisi penting bagi kesehatan manusia. Pigmen antosianin menyebabkan warna merah atau biru, dan bahkan berwarna hitam ketika antosianin kandungan tinggi (I Wayan S et all, 2011). Secara kimiawi, antosianin merupakan turunan dari struktur aromatik tunggal yaitu sianidin yang terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi atau glikosilasi (Harborne, 1987).
           Radikal bebas adalah senyawa atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga bersifat sangat reaktif terhadap sel atau komponen sel disekitarnya ( Evan, 2000). Karena reaktif maka radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan sel dan komponen sel seperti lipid, protein dan DNA, serta dapat menyebabkan mutasi dan bersifat karsinogenik (Droge, 2002; Thannical, 2000; Clarkson, 2000). Dalam keadaan normal radikal bebas yang diproduksi didalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang ada didalam tubuh. Bila kadar radikal bebas terlalu tinggi seperti saat melakukan aktivitas fisik berat, maka kemampuan dari antioksidan endogen tidak memadai untuk menetralisir radikal bebas sehingga terjadi keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas dengan antioksidan yang disebut stres oksidatif. Stres oksidatif jangka panjang telah terbukti dapat menimbulkan berbagai penyakit degenerative (Harjanto, 2004).
           Antioksidan didalam sel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu antioksidan ensimatik dan nonensimatik. Antioksidan ensimatik disebut juga antioksidan pencegah, yang terdiri dari superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase. Antioksidan non ensimatik disebut juga antioksidan pemecah rantai. Antioksidan pemecah rantai terdiri dari vitamin C, vitamin E dan beta karotin (Chevion,2003; Ji,1999). Selain vitamin E dan vitamin C ternyata beberapa flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan memiliki khasiat antioksidan. Salah satu komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna alami yang disebut antosianin (Craig, 2002).
           Menurut Barus (2009) penggunaan antioksidan sintetis tidak direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena diduga dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent) (Hernani dan Raharjo, 2005 dalam Barus, 2009). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yaitu antioksidan alami. Menurut Sabili (2007) yang dimaksud antioksidan alami adalah antioksidan hasil ekstraksi bahan alami tumbuhan maupun mikroba.
     c. Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki).
Tanaman ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki) merupakan satu komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia. Sebagai sumber pangan, tanaman ini mengandung energi, β karoten, vitamin C, niacin, riboflavin, thiamin, dan mineral (Indrie et al).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Pelima, J.N et al (2011) yang bertujuan untuk menentukan kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan pada tiga varietas ubi jalar menunjukkan kadar fenolat tertinggi (2,63%) untuk ubi jalar putih 2,44% untuk ubi jalar ungu dan 1,90% untuk ubi jalar kuning pada ratio 15 : 1 atas dasar v/b dan pada waktu ekstraksi 2 jam. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol tertinggi (74,87%) ditemukan pada ekstrak ubi banggai putih dan aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol ubi jalar ungu yaitu 61,17%. Aktivitas antioksidan sejalan dengan kandungan fenolat. Aktivitas antioksidan BHT 200 ppm sebagai kontrol positif tidak berbeda dengan aktivitas antioksidan ekstrak ubi jalar ungu. Choong et.all (2007) juga melaporkan bahwa dari beberapa varietas ubi jalar berdasarkan warna umbinya, aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh ubi jalar ungu, sedangkan yang terendah pada ubi jalar putih. Penelitian lain dilakukan oleh I Wayan Putu et al (2011) bahwa ekstrak ubi jalar ungu mempunyai pengaruh antioksidan di tikus yang diberi alkohol menahun. Sehingga dapat dikatakan tanaman ini memiliki pengaruh perlindungan terhadap stres oksidasi di sel hati tikus yang diberi alkohol menahun.
      Kandungan antosianin dari umbi ubi jalar ungu adalah berkisar antara 110 mg/100 gram sampai 210 mg/100 gram (Suprapta, 2004). Ubi jalar ungu tersebut telah diteliti dan telah dikembangkan dalam berbagai bentuk suplemen yang siap pakai. Penelitian tentang umbi ubi jalar ungu di mencit telah membuktikan pengaruh antioksidan yang cukup baik (Jawi, 2006).
Kandungan beta karoten dan antosianin serta tokoferol dan senyawa-senyawa fenolat pada ubi jalar ungu berfungsi sebagai antioksidan (Retnati, 2009). Berdasarkan hal itu, terdapat indikasi ubi banggai mengandung senyawa fenolat, karotenoid dan antosianin yang berperan sebagai antioksidan alami (Pelima, J.N et al, 2011). Selain yang disebutkan, ubi jalar ungu ditinjau dari nilai gizinya, kandungan karbohidrat tanaman ini 80-90% dari berat keringnya dan mampu menghasilkan karbohidrat sebesar 48-103 kalori/ha/hari, ubi jalar juga kaya akan vitamin A, vitamin C dan mineral antara lain kalium, besi dan fosfor (Sunarjo, 1984).
G. Metode Pelaksanaan
     a. Rancangan Formula
            Dirancang 3 formula lulur yang mengandung sari ubi jalar ungu. Pada formula A menggunakan emulgator anionic golongan sulfat yaitu natrium lauryl sulfat sedangkan formula B menggunakan emulgator anionic golongan sabun yaitu trietanolamin (TEA) dam asam stearat. Formula B menggunakan emulgator non ionic yaitu polioksietilen monostearat (Tween 80) dan sorbitan monostearat (Span 80) dengan pengawet, pengental, dan pengharum.
     b. Alat yang digunakan
   Gelas Erlenmeyer, Gelas Piala, Gelas Ukur, Kertas Timbang, Lemari Pendingin, Penangas Air, Pengaduk Elektrik, Pipet Volume, Timbangan analitik, dan Viskometer.
c. Bahan
      Air suling, asam stearat, cera alba, cetyl alkohol, gliserin, metil paraben, minyak mawar, natrium lauryl sulfat, paraffin, pati beras, polioksietilen monostearat, propel paraben, sari umbi ubi jalar ungu, sorbitan monostearat, trietanolamin.
     d. Pengambilan  bahan
Umbi ubi jalar ungu langsung diperoleh dari Makassar, Sulsel yang diekstraksi  di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi UMI.
e. Pembuatan bahan penelitian
1. Ekstraksi secara perkolasi (Ditjen POM, 1986)
Simplisia ditimbang sebanyak 500 gram, diserbukan dengan derajat halus yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama 3 jam, kemudian massa dipindahkan ke dalam perkolator dan cairan penyari ditambahkan hingga selapis di atas permukaan bahan, didiamkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan mengalir dengan kecepatan 1 mL permenit. Cairan penyari ditambahkan secara kontinyu hingga penyarian sempurna. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Rotary Vacuum Epavorator) hingga diperoleh ekstrak kental.
2. Pembuatan Lulur
      Langkah-langkah pembuatan lulur sari umbi ubi jalar ungu yaitu ditimbang semua bahan sesuai dengan rancangan formula. Fase minyak dibuat dengan memanaskan asam stearat, cetyl alkohol, cera alba, paraffin, propel paraben, dan sari umbi ubi jalar ungu pada suhu 70° C diatas penangas air sambil diaduk. Fase air dibuat dengan memanaskan air hingga 70° C dan metil paraben dilarutkan didalamnya, ditambahkan natrium laurel sulfat, dan gliserin sambil diaduk kemudian dipanaskan suhunya hingga 70° C. Fase minyak ditambahkan ke dalam fase air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan pengaduk elektrik selama 2 menit dengan selang waktu istirahat 20 detik hingga terbentuk emulsi, ditambahkan pati beras yang telah digerus dan diayak dengan ayakan mesh 60/40, kemudian dilakukan pengocokan berselang selama 5 kali pengocokan. Pengharum ditambahkan setelah suhu 45° C.
      Dibuat dengan cara yang sama pada formula B emulgator trietanolamin asam stearat dan pada formula C emulgator kombinasi polioksietilen monostearat (Tween 60) dan sorbitan monostearat (Span 60).
         3. Evaluasi Kestabilan Lulur (Gennaro, 1990)
              (a) Pengukuran Volume Kriming
                        Sediaan lulur sebanyak 25 ml ditempatkan dalam gelas ukur dan ditutup kemudian disimpan pada suhu 5° C dn 35° C secara bergantian masing-masing 12 jam. Kemudian diamati volume kriming yang terbentuk setiap satu siklus hingga siklus ke-10.
               (b) Pengukuran Tetes Terdispersi
                             Sediaan lulur sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam vial 15 ml. Pengamatan dilakukan dengan menetaskan lulur pada objek gelas, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40 x 10. Diamati gambar pada mikroskop dan diambil gambarnya.Gambar diambil sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
               (c) Pengukuran Viskositas dan Aliran Lulur
          Sebanyak 60 ml sediaan lulur yang telah dibuat dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian diukur viskositasnya setelah pembuatan dan penyimpanan dipercepat dengan menggunakan viscometer broofiel spindle 6 pada kecepatan 50 rpm an diukur viskositasnya setelah pembuatan dan penyimpanan dipercepat dengan menggunakan kecepatan 2, 4, 10, 20, 50, dan 100 rpm.
(d) Pengujian Tipe Emulsi
Sampel sediaan lulur setelah pembuatan dan penyimpanan dipercepat dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian dihubungkan dengan kabel elektroda. Apabila jarum konduktometer bergerak maka tipe emulsi adalah M/A dan sebaliknya apabila jarum tidak bergerak maka tipe emulsi yang terbentuk adalah A/M.
H. Jadwal Kegiatan
Kegiatan/Bulan
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
1.    Penelusuran Pustaka





2.    Pengambilan dan pengolahan sampel





3.    Ekstraksi sampel





4.    Pembuatan Lulur





5.  Pengumpulan dan 
     analisis data





6. Pelaporan






I. Rancangan Biaya








J. Daftar Pustaka
Ambarsari, Indrie. Sarjana. Choliq, Abdul. 2009. Rekomendasi Dalam Penetapan Standar Mutu Tepung Ubi Jalar. Jurnal Standarisasi Vol 11 No. 3

Amiruddin, M. D. 2003. Ilmu Penyakit Kulit. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin, Lembaga Penerbit UNHAS : Makassar

Badan POM RI. 2004. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik. Direktorat Pengawasan Kosmetik : Jakarta

Barus, Pina, 2009. Pemanfaatan Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami pada Industri Bahan Makanan. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas MIPA

Chevion S, Moran DS, Heled Y, et al. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical exercise, Proc. Nati. Acad.ci. USA, 2003; 100 (issue 9): 5119–5123

Choong C. Teow, Van-Den Truong, Roger F. McFeeters , Roger L. Thompson, Kenneth V. Pecota and, G. Craig Yencho. 2007. Antioxidant activities, phenolic and bcarotene contents of sweet potato genotypes with varying flesh colours. Food Chemistry. 103 p. 829–838

Clarkson PM, Thomson HS. Antioxidants: What role do they play in physical activity and health. Am J Clin Nutr. 2000; 729 (2 suppl): 637s–46s

Craig WJ. 2002. Vegetarian Phytochemicals: Guardians of Our Health, A Continuing Education Article at http:// www.Andrews.edu/NUFS/phyto.html Chevion S, Moran DS, Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B, Berenshtein E, Stadtman ER

Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function, Physiological Reviews. Vol 82, No 1 pp 47-95

Evan WJ. 2000. Vitamin E, Vitamin C, and Exercise, American Journal of Clinical Nutrition, Vol 72, No 2, 647s-652s

Gennaro, A. R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Science. Eighteen Edition, Mark Publishing Company, Easton, Pennsylvania

Harborne JB, 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan, Terjemahan Padmawinata K., Penerbit ITB. Bandung

Harjanto 2004. Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga, Jurnal Kedokteran YARSI, Vol 12 No.3 September-Desember.Hal 81-87

Herani dan M. Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Penebar Swadaya. Jakarta. 99p.

Heyne., K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III, Badan Litbang, Jakarta : Depertemen Kehutanan

Huang D J, Lin C D, Chen H J, Lin Y H. 2004. Antioxidant and antiproliferative activities of sweet potato( Ipomoea batatas L. Lam Tainong 57) constituents. Bot Bull Acad. Sin, 45: 179-186

I Wayan Putu Sutirta-Yasa, I Made Jawi, Ida Bagus Ngurah, Anak Agung Ngurah Subawa. 2011. Balinese Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L) on SGOT, SGPT, MDA level and Chronic Alcohol. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 17, No. 3, Juli 2011: 151–154

Jawi I, Manuaba I, Sutirtayasa I, Muruti G. 2006. Pemberian Glutamin Menurunkan Kadar Bilirubin Darah serta Mengurangi Nekrosis Sel-Sel Hati setelah Pemberian Aktivitas Fisik Maksimal dan Parasetamol pada Mencit. Dexa Media No. 4, vol 19 : 192-195
Jawi IM, Suprapta DN, Dwi SU, Wiwiek IA. Efek antioksidan ekstrak umbi ubijalar ungu pada darah dan berbagai organ pada mencit yang diberikan beban aktivitas fisik maksimal, (Bappeda Provinsi Bali 2006)
Kumalaningsih,S., 2006. Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya
Litbang. 2008. Koleksi Tanaman Obat Balai Besar Litbang. (diakses pada tanggal 12 juni 2009, http:/www.litbang.com)
Middleton E, Kandaswami C, Theoharides CT. The Effect of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease, and Cancer. Pharmacological Reviews. 2000; 52(4): 673–751.
Onwueme, I.C. 1978. The Tropical Tuber Crop. John Wiley and Sons Inc: New York
Pelima, J.N, Mappiratu dan Rahmatu, R.Dg. 2011. KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL UBI BANGGAI ( Dioscorea ) DARI BERBAGAI VARIETAS. MITRA SAINS ISSN: 2302-2027

Retnati, 2009. Pengaruh Penambahan Ekstrak berbagai Jenis Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Terhadap Jumlah Sel dan Aktivitas Antioksidan Yoghurt. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sabili H, 2007. Antioksidan Alami Sehat Alami. Melalui http:www.sinarmasgroup.com tanggal 12-10-2012

Suardi D., 2005. Potensi beras merah untuk peningkatan mutu pangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agricultural Research and Development Journal 24(3) : 93-100

Suda, I., T. Oki, M. Masuda, M. Kobayashi, Y. Nishiba, and S. Furuta, 2003. Physiologycal Functionality of Purplefleshed Sweet Potatoes Containing Anthocyanins and Their Utilization In Food. JARQ 37(3): 167-173

Sunarjo, 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai bahan baku gula fruktosa. Jurnal Badan Litbang Pertanian 3:6-11
Suprapta DN. 2004. Kajian Aspek Pembibitan, Budi daya dan Pemanfaatan umbi-umbian sebagai sumber pangan alternatif. Laporan Hasil Penelitian
Sri Risnoyatiningsih. 2011. Hydrolysis Of Starch Saccharides From Sweet Potatoes Using Enzyme. Jurnal Teknik Kimia Vol.5, N0.2, April 2011

St, M. Jusuf. Rahayuningsih, dan Erliana Ginting. 2008. Ubi Jalar Ungu. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No 4

Thannical VJ, BL Fanburg.( 2000). Reactive oxygen species in cell signaling, Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol Vol 279, Issue 6,pp 1005-1028
Teow, C.C., V. Truong, R.F. McFeeters, R.L. Thompson, K.V. Pecota, and G.C. Yencho. 2007. Antioxidant activities, phenolic and β-carotene contents of sweet potato genotypes with varying flesh colours. Food Chemistry 103:829-838
Tjiptosoepomo G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. hlm 354
Tomoyuki OKI, Suda I, Mami Masuda, Mio Kobayashi, Yoichi Nishiba and Shu Furuta. 2003. Physiological Functionality of Purple-Fleshed Sweet Potatoes Containing Anthocyanins and Their Utilization in Foods. Japan Agricultural Research Quarterly (JARQ). Vol. 37. No. 3 July. JIRCAS. Japan
Widodo, J. 1986. Penampilan Agronomi Ubi Jalar pada Cara Tanam yang Berbeda dalam : Penelitian Palawija. Vol. 1 No.1 Bidang Ltbang, BalaiPenelitian Tanaman Pangan Malang, malang

Woolfe, J.A. 1989. Nutritional aspects of sweet potato roots and sweet potato (Ipomoea batatas) in Asia. CIP. p. 167-182

Van Steenis CG. 1992. Flora: Untuk Sekolah Di Indonesia, Terjemahan oleh Suryowinoto. M., Cetakan ke-VI., Penerbit PT. Pradnya Paramita. Jakarta





















LAMPIRAN
1.      Biodata Ketua dan anggota
1)      Ketua
a.    Nama Lengkap                               : Rizki Yulianti R.
b.    NIM                                                : 15020100312
c.    Fakultas                                          : Farmasi 
d.   Perguruan Tinggi                            : Universitas Muslim Indonesia
e.    Waktu untuk kegiatan PKM          : 5 jam/minggu
2)      Anggota 1
a.    Nama Lengkap                               : Andi Haerani Sultan
b.    NIM                                                : 15020100403
c.    Fakultas                                          : Farmasi 
d.   Perguruan Tinggi                            : Universitas Muslim Indonesia
e.    Waktu untuk kegiatan PKM          : 5 jam/minggu
3)      Anggota 2
a)    Nama Lengkap                               : Nur Aziza
b)   NIM                                                : 15020100134
c)    Fakultas                                          : Farmasi 
d)   Perguruan Tinggi                            : Universitas Muslim Indonesia
e)    Waktu untuk kegiatan PKM          : 5 jam/minggu
4)      Anggota 3
a)    Nama Lengkap                               :
b)   NIM                                                : 150 2011 0
c)    Fakultas                                          : Farmasi
d)   Perguruan Tinggi                            : Universitas Muslim Indonesia
e)    Waktu untuk kegiatan PKM          : 5 jam/minggu
5)      Anggota 4
a.    Nama                                              :
b.   NIM                                                : 150 2011 0
c.    Fakultas                                          : Farmasi
d.   Perguruan Tinggi                            : Universitas Muslim Indonesia
e.    Waktu untuk Perguruan PKM        : 5 jam/minggu
2.      Biodata Dosen Pendamping
a.       Nama Lengkap                                    : Abd. Malik, S.Farm., M.Sc. Apt.
b.      Jenis Kelamin                                      : Laki-laki
c.       NIPS                                                   : 116 060 837
d.      Disiplin Ilmu                                       : Farmasi
e.       Pangkat dan Golongan                        : Penata/III.c
f.       Jabatan fungsional/struktural              : Lektor/-
g.      Fakultas/jurusan                                  : Farmasi/Farmasi
h.      Waktu penelitian                                 : 15 Jam/minggu

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar