USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
A.
Latar Belakang
Dewasa
ini banyak sekali penyakit yang timbul akibat pergeseran pola dan gaya hidup
masyarakat. Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup tidak lagi dapat
dihindari sehingga masyarakat harus bekerja keras dan seringkali lupa untuk mengatur
waktu istirahat. Kerja keras tanpa istirahat pada akhirnya akan membebani semua
organ-organ dalam tubuh serta memicu kondisi stres oksidatif. Aktivitas fisik
yang berat ternyata dapat menimbulkan perubahan metabolisme dalam tubuh dan
menghasilkan senyawa radikal bebas (oxidant) yang mampu merusak sel-sel
termasuk sel-sel hepar (Jawi, et al.,
2006).
Setiap hari kulit tubuh mengalami regenerasi. Sel-sel
kulit mati yang menumpuk menjadikan kulit terlihat kusam. Selain itu, efek dari
polusi udara, AC, dan stress juga dapat menyebabkan kulit kering, timbul
flek-flek hitam, dan bahkan menjadikan kulit keriput. Oleh karenanya, saat ini
banyak produk kosmetik untuk kecantikan yang dijual di pasaran dan salah satu
jenis produk kecantikan yang berfungsi untuk menghaluskan kulit adalah lulur (body scrub).
Disamping itu untuk
mengatasinya tubuh memerlukan suplementasi tambahan berupa antioksidan eksogen
sebagai scavenger radikal bebas. Beberapa antioksidan yang beredar
dipasaran saat ini seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, α-tokoferol, Butil
Hidroksi Anilin (BHA), dan Butli Hidroksi Toluen (BHT). Namun diketahui bahwa
penggunaan antioksidan sintetis BHA dan BHT yang berlebihan dan lama dapat
meningkatkan resiko toksis pada tubuh dan merusak hepar. Hingga saat ini
dikenal ribuan jenis flavonoid dan banyak di antaranya yang berguna bagi
kesehatan (Middleton et al., 2000). Pigmen antosianin merupakan salah
satu jenis flavonoid yang penting dan telah banyak diteliti memiliki efek yang
menguntungkan terhadap sel-sel pada mamalia seperti misalnya memiliki efek antioksidan,
antimutagenik, hepatoprotektif dan antihipertensi. Antosianin banyak terdapat
pada beberapa bahan pangan seperti sayur, buah, kacang-kacangan, padi-padian,
dan umbiumbian (Suardi, 2005).
Adanya trend back to
nature di masyarakat dalam memelihara kesehatan terutama kulit tubuh yang
saat ini telah banyak diracuni oleh polutan, baik yang berasal dari asap pabrik
maupun asap kendaraan bermotor dan zat-zat kimia berbahaya sebagai salah satu
efek dari kemajuan zaman mengharapkan sebuah konsep dimana dapat dibuat suatu
produk kosmetik yang berasal dari bahan alam yang dapat mengatasi permasalah
tersebut. Diperlukan rangkaian perawatan yang mampu menjaga kesehatan, serta
memberikan nutrisi yang berguna bagi kulit. Lulur (Body
scrub) dengan bahan dasar kombinasi ubi jalar ungu dan mengkudu dapat
dibuat. Suda et al (2003) menyatakan dari beberapa
penelitian telah diperoleh zat warna antosianin pada radish, mangga, leci, ubi
jalar, dan batang sorgum. Menurut Tomoyuki (2003), Huang (2004) dan, Teow
et al (2007) ubi jalar khususnya ubi
jalar ungu memiliki kandungan antosianin tinggi Antosianin sendiri merupakan
salah satu jenis dari flavonoid bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia karena
dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Berdasarkan uraian hasil studi di
atas penulis mencoba melakukan penelitian optimasi formulasi lulur dari ekstrak
ubi jalar ungu. Keuntungan bahan-bahan alam tersebut disamping tidak
mengeluarkan biaya besar juga memelihara tanaman untuk tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana cara formulasi lulur
(body scrub) dari umbi ubi jalar ungu
(Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki)
yang optimal?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan formula yang optimal
dalam sediaan lulur dari ekstrak umbi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki).
E. Kegunaan
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai
tanaman ubi jalar ungu yang memiliki kandungan antosianin sebagai antioksidan
dalam bentuk sediaan lulur karena diduga dapat membuang semua sisa-sisa tumpukan
sel-sel kulit mati dan memberi nutrisi bagi kulit.
1.
Uraian Tumbuhan
a.
Klasifikasi Tumbuhan (Van
Steenis,
2008; Tjiptosoepomo, 1988)
Regnum: plantae, Sub Regnum:
Tracheobionta, Clas: Spermatophyta, Sub Clas: Angiospermae, Ordo: Convolvulales,
Family: Convolvulaceae, Genus: Ipomoea,
Species: (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki)
b. Kunci determinasi (fam. Convolvulaceae) (Van
Steenis, 2008)
66. b, 65.b, 63.b, 62.b, 61.b, 59.b,
56.a, 55.a, 54.a, 43.b, 42.b, 41.b, 9.a, 7.b, 6.b, 4.a, 3.b, 2.b, 1.a.
c.
Nama Daerah (Hayne,
1987)
Bataat
(Bel.), Batate atau Patate douce
(Inggr.), Bataten atau Susze Kartoffel
(Jerm.), Potato (U.S.), Sweet potato (Inggr.) – Enggano. : Eba – Aceh: Gadong, Piek – Gayo: Gadung, Kapileu – Alas: Gadung – Bat: Gadung énjolor (karo), Gadung
jalur ( toba) – Nias: Gowi –
Ind.: Batata (Manado), B. Maraya (id.), Batatas (Amb., Timor), Katila (Benk.), Kélèdèk,
Kètéla (Jak.), Ubi Jawa, Ubi cina
(S.U. bag Tim.), Pilau (Sum. Teng.) –
Minangk.: Katélo, Ubi jalah, U. jolah, U.
Katélo, U. pélo, U. pilo, Pélo – Lamp.: Sétilo,
Balading (Ab.) – Day.: Katilo (Olon-maanyan)
– Sund.: Huwi Boled, H. mantang – Jaw.: Katela, K. rambat, téla – Mad.: Sabhrang
(P.S.), S. longgha (id.), Tela (B.P.) – Kambangs.: Ketela rambai – Bal.: Kesela – Sas.: Ambon, Ubi
kapal – Sumbawa B.: Katabang –
Bima: Uwi – Sawu: Hiwu jawa – Sangir. : Batata.
d. Morfologi (Widodo, 1986)
Ubi
jalar merupakan ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek).
Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman
dapat mencapai 3 meter. Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk
bulat, dan bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dengan panjang
antar ruas 1-3 cm. Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan
bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk lonjong (oval)
memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam. Ubi jalar
mempunyai bunga yang berbentuk terompet yang panjangnya antara 3-5 cm dan lebar
bagian ujung antara 3-4 cm. mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan
bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda.
Berikut ini gambar ubi jalar ungu
:
ubi
jalar ungu (Yusuf et al.,2008)
e.
Kandungan
Ubi
jalar ungu merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu thiamin (0,09 mg),
riboflavin (0,06 mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0,7 mg), dan
Ca (32 mg). Selain umbinya, daun muda ubi jalar dapat dimakan sebagai sayuran.
Menurut Onwueme (1978), daun muda ubi jalar mempunyai kandungan nutrisi yang
lebih baik dibandingkan dengan umbinya. Dalam 100 g daun ubi jalar mengandung
β-karoten, riboflavin, ascorbic acid, Ca, Fe, Cu, dan oxalat
masing-masing sebesar 3,0; 0,35; 55; 183; 3,0; 0,5; dan 0,37 mg (Woolfe, 1989).
f. Kegunaan
Daun
ubi jalar ungu secara empiris memiliki khasiat sebagai obat bisul, penurun
panas, dan luka bakar (Litbang, 2008). Mencegah kanker kolon, penyakit konstipasi kronik. Serat juga dapat
mencegah penyakit jantung koroner (PJK) karena mencegah kegemukan, penggumpalan
darah, dan antiskerosis (Kumalaningsih, 2006).
2. Lulur
Kosmetik adalah bahan
atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan
atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik (Badan POM RI, 2004).
Lulur adalah bentuk sediaan cair maupun setengah
padat yang berupa emulsi kental, mudah dicuci dengan air dan ditujukan untuk
mengangkat kotoran dan sel kulit mati yang tidak terbersihkan oleh sabun dan
memberikan kelembaban serta mengembalikan kelembutan kulit. Absorbsi lulur ke
dalam kulit selain melalui saluran epidermis, juga melalui saluran-saluran di
dalam kulit, seperti kelenjar rambut dan keringat. Untuk mendapatkan efek
maksimal umumnya lulur digunakan dikulit selama 30 menit, agar efek dari lulur
dapat meresap baik dalam kulit (Amiruddin, 2003).
b. Antosianin
sebagai Antioksidan
Antosianin adalah senyawa fenolik yang
bertindak sebagai antioksidan, dibutuhkan untuk tanaman itu sendiri dan nutrisi
penting bagi kesehatan manusia. Pigmen antosianin menyebabkan warna merah atau
biru, dan bahkan berwarna hitam ketika antosianin kandungan tinggi (I Wayan S et
all, 2011). Secara kimiawi, antosianin merupakan turunan dari struktur
aromatik tunggal yaitu sianidin yang terbentuk dari pigmen sianidin dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi atau glikosilasi (Harborne,
1987).
Radikal
bebas adalah senyawa atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada
orbital luarnya sehingga bersifat sangat reaktif terhadap sel atau komponen sel
disekitarnya ( Evan, 2000). Karena reaktif maka radikal bebas dapat menimbulkan
kerusakan sel dan komponen sel seperti lipid, protein dan DNA, serta dapat
menyebabkan mutasi dan bersifat karsinogenik (Droge, 2002; Thannical, 2000; Clarkson,
2000). Dalam keadaan normal radikal bebas yang diproduksi didalam tubuh akan
dinetralisir oleh antioksidan yang ada didalam tubuh. Bila kadar radikal bebas
terlalu tinggi seperti saat melakukan aktivitas fisik berat, maka kemampuan
dari antioksidan endogen tidak memadai untuk menetralisir radikal bebas
sehingga terjadi keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas dengan antioksidan
yang disebut stres oksidatif. Stres oksidatif jangka panjang telah terbukti
dapat menimbulkan berbagai penyakit degenerative (Harjanto, 2004).
Antioksidan
didalam sel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu antioksidan ensimatik dan
nonensimatik. Antioksidan ensimatik disebut juga antioksidan pencegah, yang
terdiri dari superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase.
Antioksidan non ensimatik disebut juga antioksidan pemecah rantai.
Antioksidan pemecah rantai terdiri dari vitamin C, vitamin E dan beta karotin
(Chevion,2003; Ji,1999). Selain vitamin E dan vitamin C ternyata beberapa flavonoid
yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan memiliki khasiat antioksidan. Salah satu
komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan adalah zat warna alami yang disebut antosianin (Craig, 2002).
Menurut
Barus (2009) penggunaan antioksidan sintetis tidak direkomendasikan oleh
Departemen Kesehatan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena diduga
dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent) (Hernani dan
Raharjo, 2005 dalam Barus, 2009). Oleh karena itu perlu dicari
alternatif lain yaitu antioksidan alami. Menurut Sabili (2007) yang dimaksud
antioksidan alami adalah antioksidan hasil ekstraksi bahan alami tumbuhan
maupun mikroba.
c. Ubi Jalar Ungu (Ipomea
batatas L. varietas ayamurasaki).
Tanaman ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. varietas ayamurasaki) merupakan satu
komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia.
Sebagai sumber pangan, tanaman ini mengandung energi, β karoten, vitamin C,
niacin, riboflavin, thiamin, dan mineral (Indrie et al).
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh Pelima, J.N et al (2011) yang bertujuan untuk
menentukan kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan pada tiga varietas ubi
jalar menunjukkan kadar fenolat tertinggi (2,63%) untuk ubi jalar putih 2,44%
untuk ubi jalar ungu dan 1,90% untuk ubi jalar kuning pada ratio 15 : 1 atas
dasar v/b dan pada waktu ekstraksi 2 jam. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol
tertinggi (74,87%) ditemukan pada ekstrak ubi banggai putih dan aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanol ubi jalar ungu yaitu 61,17%. Aktivitas
antioksidan sejalan dengan kandungan fenolat. Aktivitas antioksidan BHT 200 ppm
sebagai kontrol positif tidak berbeda dengan aktivitas antioksidan ekstrak ubi jalar
ungu. Choong et.all (2007) juga melaporkan bahwa dari beberapa varietas
ubi jalar berdasarkan warna umbinya, aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan
oleh ubi jalar ungu, sedangkan yang terendah pada ubi jalar putih. Penelitian
lain dilakukan oleh I Wayan Putu et al
(2011) bahwa ekstrak ubi jalar ungu mempunyai pengaruh antioksidan di tikus
yang diberi alkohol menahun. Sehingga dapat dikatakan tanaman ini memiliki
pengaruh perlindungan terhadap stres oksidasi di sel hati tikus yang diberi
alkohol menahun.
Kandungan antosianin dari umbi ubi jalar
ungu adalah berkisar antara 110 mg/100 gram sampai 210 mg/100 gram (Suprapta,
2004). Ubi jalar ungu tersebut telah diteliti dan telah dikembangkan dalam
berbagai bentuk suplemen yang siap pakai. Penelitian tentang umbi ubi jalar
ungu di mencit telah membuktikan pengaruh antioksidan yang cukup baik (Jawi,
2006).
Kandungan beta karoten dan
antosianin serta tokoferol dan senyawa-senyawa fenolat pada ubi jalar ungu
berfungsi sebagai antioksidan (Retnati, 2009). Berdasarkan hal itu, terdapat
indikasi ubi banggai mengandung senyawa fenolat, karotenoid dan antosianin yang
berperan sebagai antioksidan alami (Pelima, J.N et al, 2011). Selain yang disebutkan, ubi jalar ungu ditinjau dari
nilai gizinya, kandungan karbohidrat tanaman ini 80-90% dari berat keringnya
dan mampu menghasilkan karbohidrat sebesar 48-103 kalori/ha/hari,
ubi jalar juga kaya akan vitamin A, vitamin C dan mineral antara lain kalium,
besi dan fosfor (Sunarjo, 1984).
G. Metode Pelaksanaan
a.
Rancangan Formula
Dirancang 3 formula lulur
yang mengandung sari ubi jalar ungu. Pada formula A menggunakan emulgator
anionic golongan sulfat yaitu natrium lauryl sulfat sedangkan formula B
menggunakan emulgator anionic golongan sabun yaitu trietanolamin (TEA) dam asam
stearat. Formula B menggunakan emulgator non ionic yaitu polioksietilen
monostearat (Tween 80) dan sorbitan monostearat (Span 80) dengan pengawet,
pengental, dan pengharum.
b. Alat yang digunakan
Gelas Erlenmeyer, Gelas Piala, Gelas
Ukur, Kertas Timbang, Lemari Pendingin, Penangas Air, Pengaduk Elektrik, Pipet
Volume, Timbangan analitik, dan Viskometer.
c. Bahan
Air suling, asam stearat, cera alba, cetyl alkohol, gliserin,
metil paraben, minyak mawar, natrium lauryl sulfat, paraffin, pati beras,
polioksietilen monostearat, propel paraben, sari umbi ubi jalar ungu, sorbitan
monostearat, trietanolamin.
d. Pengambilan bahan
Umbi ubi jalar ungu langsung
diperoleh dari Makassar, Sulsel yang diekstraksi di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Fakultas Farmasi UMI.
e. Pembuatan bahan penelitian
1. Ekstraksi secara perkolasi (Ditjen
POM, 1986)
Simplisia
ditimbang sebanyak 500 gram, diserbukan
dengan derajat halus yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama 3
jam, kemudian massa dipindahkan ke dalam perkolator dan cairan penyari
ditambahkan hingga selapis di atas permukaan bahan, didiamkan selama 24 jam. Setelah
itu kran perkolator
dibuka dan cairan penyari dibiarkan mengalir dengan kecepatan 1 mL permenit. Cairan
penyari ditambahkan secara kontinyu hingga penyarian sempurna. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan
rotavapor (Rotary
Vacuum Epavorator) hingga diperoleh ekstrak kental.
2. Pembuatan Lulur
Langkah-langkah
pembuatan lulur sari umbi ubi jalar ungu yaitu ditimbang semua bahan sesuai
dengan rancangan formula. Fase minyak dibuat dengan memanaskan asam stearat,
cetyl alkohol, cera alba, paraffin, propel paraben, dan sari umbi ubi jalar
ungu pada suhu 70° C diatas penangas air sambil diaduk. Fase air dibuat dengan memanaskan
air hingga 70° C dan metil paraben dilarutkan didalamnya, ditambahkan natrium laurel
sulfat, dan gliserin sambil diaduk kemudian dipanaskan suhunya hingga 70° C. Fase minyak ditambahkan ke dalam fase air
sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan pengaduk elektrik selama 2 menit
dengan selang waktu istirahat 20 detik hingga terbentuk emulsi, ditambahkan
pati beras yang telah digerus dan diayak dengan ayakan mesh 60/40, kemudian
dilakukan pengocokan berselang selama 5 kali pengocokan. Pengharum ditambahkan
setelah suhu 45° C.
Dibuat dengan cara yang sama
pada formula B emulgator trietanolamin asam stearat dan pada formula C
emulgator kombinasi polioksietilen monostearat (Tween 60) dan sorbitan
monostearat (Span 60).
3.
Evaluasi Kestabilan Lulur (Gennaro, 1990)
(a)
Pengukuran Volume Kriming
Sediaan
lulur sebanyak 25 ml ditempatkan dalam gelas ukur dan ditutup kemudian disimpan
pada suhu 5° C dn 35° C secara bergantian masing-masing 12 jam. Kemudian
diamati volume kriming yang terbentuk setiap satu siklus hingga siklus ke-10.
(b) Pengukuran Tetes Terdispersi
Sediaan
lulur sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam vial 15 ml. Pengamatan dilakukan
dengan menetaskan lulur pada objek gelas, kemudian ditutup dengan gelas penutup
dan setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40 x 10.
Diamati gambar pada mikroskop dan diambil gambarnya.Gambar diambil sebelum dan
sesudah penyimpanan dipercepat.
(c) Pengukuran Viskositas dan Aliran Lulur
Sebanyak 60 ml sediaan lulur yang telah dibuat
dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian diukur viskositasnya setelah pembuatan
dan penyimpanan dipercepat dengan menggunakan viscometer broofiel spindle 6
pada kecepatan 50 rpm an diukur viskositasnya setelah pembuatan dan penyimpanan
dipercepat dengan menggunakan kecepatan 2, 4, 10, 20, 50, dan 100 rpm.
(d) Pengujian Tipe Emulsi
Sampel sediaan lulur setelah pembuatan dan
penyimpanan dipercepat dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian dihubungkan
dengan kabel elektroda. Apabila jarum konduktometer bergerak maka tipe emulsi
adalah M/A dan sebaliknya apabila jarum tidak bergerak maka tipe emulsi yang
terbentuk adalah A/M.
H. Jadwal Kegiatan
Kegiatan/Bulan
|
Bulan I
|
Bulan II
|
Bulan III
|
Bulan IV
|
Bulan V
|
1.
Penelusuran Pustaka
|
|||||
2. Pengambilan
dan pengolahan sampel
|
|||||
3.
Ekstraksi sampel
|
|||||
4. Pembuatan Lulur
|
|||||
5. Pengumpulan
dan
analisis
data
|
|||||
6.
Pelaporan
|
I. Rancangan Biaya
J. Daftar Pustaka
Ambarsari, Indrie. Sarjana. Choliq,
Abdul. 2009. Rekomendasi Dalam Penetapan Standar Mutu Tepung Ubi Jalar. Jurnal Standarisasi Vol 11 No. 3
Amiruddin, M. D. 2003. Ilmu Penyakit Kulit. Bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin, Lembaga
Penerbit UNHAS : Makassar
Badan POM RI. 2004. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik. Direktorat
Pengawasan Kosmetik : Jakarta
Barus, Pina, 2009. Pemanfaatan
Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami pada Industri Bahan Makanan. Pidato
pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kimia Analitik pada
Fakultas MIPA
Chevion S, Moran DS,
Heled Y, et al. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical
exercise, Proc. Nati. Acad.ci. USA, 2003; 100 (issue 9): 5119–5123
Choong C. Teow, Van-Den Truong, Roger F.
McFeeters , Roger L. Thompson, Kenneth V. Pecota and, G. Craig Yencho. 2007. Antioxidant activities, phenolic and
bcarotene contents of sweet
potato genotypes with varying
flesh colours. Food Chemistry.
103 p. 829–838
Clarkson PM, Thomson HS. Antioxidants:
What role do they play in physical activity and health. Am J Clin Nutr. 2000;
729 (2 suppl): 637s–46s
Craig WJ. 2002.
Vegetarian Phytochemicals: Guardians of Our Health, A Continuing Education
Article at http:// www.Andrews.edu/NUFS/phyto.html
Chevion S, Moran DS, Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B, Berenshtein E,
Stadtman ER
Droge
W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function, Physiological
Reviews. Vol 82, No 1 pp 47-95
Evan WJ. 2000.
Vitamin E, Vitamin C, and Exercise, American Journal of Clinical Nutrition,
Vol 72, No 2, 647s-652s
Gennaro, A. R. 1990. Remington’s
Pharmaceutical Science. Eighteen Edition, Mark Publishing Company, Easton,
Pennsylvania
Harborne JB, 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern
Mengekstraksi Tumbuhan, Terjemahan Padmawinata K., Penerbit ITB. Bandung
Harjanto
2004. Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga, Jurnal Kedokteran
YARSI, Vol 12 No.3 September-Desember.Hal 81-87
Herani
dan M. Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Penebar Swadaya.
Jakarta. 99p.
Heyne., K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III, Badan Litbang, Jakarta : Depertemen
Kehutanan
Huang
D J, Lin C D, Chen H J, Lin Y H. 2004. Antioxidant and antiproliferative activities
of sweet potato( Ipomoea batatas L. Lam Tainong 57) constituents. Bot
Bull Acad. Sin, 45: 179-186
I Wayan Putu Sutirta-Yasa, I Made Jawi, Ida Bagus Ngurah, Anak Agung
Ngurah Subawa. 2011. Balinese Purple
Sweet Potato (Ipomoea batatas L) on SGOT, SGPT, MDA level and Chronic
Alcohol. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory,
Vol. 17, No. 3, Juli 2011: 151–154
Jawi I, Manuaba
I, Sutirtayasa I, Muruti G. 2006. Pemberian Glutamin Menurunkan Kadar
Bilirubin Darah serta Mengurangi Nekrosis Sel-Sel Hati setelah Pemberian
Aktivitas Fisik Maksimal dan Parasetamol pada Mencit. Dexa Media No. 4, vol
19 : 192-195
Jawi IM,
Suprapta DN, Dwi SU, Wiwiek IA. Efek antioksidan ekstrak umbi ubijalar ungu
pada darah dan berbagai organ pada mencit yang diberikan beban aktivitas fisik
maksimal, (Bappeda Provinsi Bali 2006)
Kumalaningsih,S., 2006. Antioksidan
Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya
Litbang. 2008. Koleksi Tanaman Obat Balai Besar
Litbang. (diakses pada tanggal 12 juni 2009, http:/www.litbang.com)
Middleton E, Kandaswami C, Theoharides CT. The
Effect of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation,
Heart Disease, and Cancer. Pharmacological Reviews. 2000; 52(4): 673–751.
Onwueme, I.C. 1978. The
Tropical Tuber Crop. John Wiley and Sons Inc: New York
Pelima, J.N, Mappiratu dan Rahmatu, R.Dg. 2011. KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT
DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL UBI BANGGAI ( Dioscorea ) DARI
BERBAGAI VARIETAS. MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
Retnati, 2009. Pengaruh Penambahan Ekstrak berbagai Jenis Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L) Terhadap Jumlah Sel dan Aktivitas Antioksidan
Yoghurt. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sabili H, 2007. Antioksidan Alami Sehat Alami. Melalui http:www.sinarmasgroup.com
tanggal 12-10-2012
Suardi D., 2005. Potensi beras merah untuk peningkatan mutu pangan.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agricultural Research
and Development Journal 24(3) : 93-100
Suda, I., T. Oki, M.
Masuda, M. Kobayashi, Y. Nishiba, and S. Furuta, 2003. Physiologycal
Functionality of Purplefleshed Sweet Potatoes Containing Anthocyanins and Their
Utilization In Food. JARQ 37(3): 167-173
Sunarjo, 1984.
Potensi Ubi Jalar sebagai bahan baku gula fruktosa. Jurnal Badan Litbang Pertanian 3:6-11
Suprapta
DN. 2004. Kajian Aspek Pembibitan, Budi daya dan Pemanfaatan umbi-umbian
sebagai sumber pangan alternatif. Laporan Hasil Penelitian
Sri Risnoyatiningsih. 2011. Hydrolysis Of Starch
Saccharides From Sweet Potatoes Using Enzyme. Jurnal
Teknik Kimia Vol.5,
N0.2, April 2011
St, M. Jusuf. Rahayuningsih,
dan Erliana Ginting. 2008. Ubi Jalar Ungu.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No 4
Thannical VJ, BL
Fanburg.( 2000). Reactive oxygen species in cell signaling, Am J Physiol
Lung Cell Mol Physiol Vol 279, Issue 6,pp 1005-1028
Teow, C.C., V. Truong, R.F. McFeeters, R.L. Thompson, K.V. Pecota, and
G.C. Yencho. 2007. Antioxidant activities, phenolic and β-carotene contents of
sweet potato genotypes with varying flesh colours. Food Chemistry 103:829-838
Tjiptosoepomo G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada Universitas Press.
Yogyakarta. hlm 354
Tomoyuki OKI, Suda
I, Mami Masuda, Mio Kobayashi, Yoichi Nishiba and Shu Furuta. 2003. Physiological Functionality of
Purple-Fleshed Sweet Potatoes Containing Anthocyanins and Their Utilization in
Foods. Japan Agricultural Research
Quarterly (JARQ). Vol. 37. No. 3 July. JIRCAS. Japan
Widodo, J. 1986. Penampilan Agronomi Ubi Jalar pada Cara
Tanam yang Berbeda dalam : Penelitian Palawija. Vol. 1 No.1 Bidang
Ltbang, BalaiPenelitian Tanaman Pangan Malang, malang
Woolfe, J.A.
1989. Nutritional
aspects of sweet potato roots and sweet potato (Ipomoea batatas) in
Asia. CIP. p. 167-182
Van Steenis CG. 1992. Flora:
Untuk Sekolah Di Indonesia,
Terjemahan oleh Suryowinoto. M., Cetakan ke-VI., Penerbit PT. Pradnya Paramita.
Jakarta
LAMPIRAN
1.
Biodata Ketua dan anggota
1) Ketua
a. Nama Lengkap : Rizki
Yulianti R.
b. NIM :
15020100312
c. Fakultas :
Farmasi
d. Perguruan Tinggi :
Universitas Muslim Indonesia
e. Waktu untuk kegiatan PKM
: 5 jam/minggu
2) Anggota
1
a. Nama Lengkap : Andi
Haerani Sultan
b. NIM :
15020100403
c. Fakultas :
Farmasi
d. Perguruan Tinggi :
Universitas Muslim Indonesia
e. Waktu untuk kegiatan PKM
: 5 jam/minggu
3) Anggota
2
a) Nama Lengkap : Nur
Aziza
b) NIM :
15020100134
c) Fakultas :
Farmasi
d) Perguruan Tinggi :
Universitas Muslim Indonesia
e) Waktu untuk kegiatan PKM
: 5 jam/minggu
4) Anggota
3
a) Nama Lengkap :
b) NIM :
150 2011 0
c) Fakultas :
Farmasi
d) Perguruan Tinggi :
Universitas Muslim Indonesia
e) Waktu untuk kegiatan PKM
: 5 jam/minggu
5) Anggota
4
a. Nama :
b. NIM :
150 2011 0
c. Fakultas
:
Farmasi
d. Perguruan
Tinggi :
Universitas Muslim Indonesia
e. Waktu
untuk Perguruan PKM : 5 jam/minggu
2.
Biodata Dosen Pendamping
a.
Nama
Lengkap : Abd. Malik, S.Farm.,
M.Sc. Apt.
b.
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
c.
NIPS :
116 060 837
d.
Disiplin
Ilmu :
Farmasi
e.
Pangkat
dan Golongan : Penata/III.c
f.
Jabatan
fungsional/struktural : Lektor/-
g.
Fakultas/jurusan : Farmasi/Farmasi
h.
Waktu
penelitian :
15 Jam/minggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar